Sabtu, 05 Maret 2016

[Short Story] Tebing Bunga Lily



Dikisahkan, di tepian tebing yang terjal, tumbuhlah setangkai tunas bunga lily. Saat tunas bunga lily mulai bertumbuh, dia tampak seperti sebatang rumput biasa. Tetapi, dia mempunyai keyakinan yang kuat, bahwa kelak dia pasti akan tumbuh menjadi sekuntum bunga lily yang indah.

Rumput-rumput liar di sekitarnya mengejek dan menertawakannya. Burung-burung dan serangga pun menasihatinya agar tunas lily jangan bermimpi menjadi bunga. Mereka pun berkata, "Hai tunas muda, sekalipun kamu bisa mekar menjadi kuntum bunga lily yang cantik, tetapi lihatlah sekitarmu. Di tebing yang terpencil ini, biarpun secantik apa pun dirimu kelak, tidak ada orang yang akan datang melihat dan menikmati keindahanmu."

Diejek seperti itu, tunas bunga lily tetap diam dan semakin rajin menyerap air dan sinar matahari agar akar dan batangnya bertumbuh kuat. Akhirnya, suatu pagi di musim semi, saatnya kuncup pertama pun mulai bertumbuh. Bunga lily merasa senang sekali. Usaha dan kerja kerasnya tidak sia-sia. Hal itu menambah keyakinan dan kepercayaan dirinya.

Dia berkata kepada dirinya sendiri, "Aku akan mekar menjadi sekuntum bunga lily yang indah. Kewajibanku sebagai bunga adalah mekar dan berbunga. Tidak peduli apakah ada orang yang akan melihat atau menikmati keberadaanku. Aku tetap harus mekar dan berbunga sesuai dengan identitasku sebagai bunga lily."

Hari demi hari, waktu terus berjalan. Akhirnya, kuncup bunga lily pun mekar berkembang-tampak indah dan putih warnanya. Saat itulah, rumput liar, burung-burung, dan serangga tidak berani lagi mengejek dan menertawakan si bunga lily.

Bunga lily pun tetap rajin memperkuat akar dan bertumbuh terus. Dari satu kuntum menjadi dua kuntum, berkembang lagi, terus dan terus berkembang, semakin banyak. Sehingga jika dilihat dari kejauhan, tebing pun seolah diselimuti oleh hamparan putih bunga-bunga lily yang indah. Orang-orang dari kota maupun desa, mulai berdatangan untuk menikmati keindahan permadani putih bunga lily. Dan tempat itu pun kemudian terkenal dengan sebutan "Tebing Bunga Lily."

Teman2 yang luar biasa,

Cerita semangat bunga lily ini menginspirasikan kepada kita, saat kita mempunyai impian, ide, keinginan, atau apapun yang menjadi keyakinan kita untuk diwujudkan, jangan peduli ejekan orang lain! Jangan takut diremehkan oleh orang lain! Tidak perlu menanggapi semua itu dengan emosi, apalagi membenci. Justru sebaliknya, tetaplah yakin dan berjuang dengan segenap kemampuan yang kita miliki. Buktikan semua mimpi bisa menjadi nyata.

Hanya dengan bukti keberhasilan yang mampu kita ciptakan, maka identitas kita, jati diri kita, lambat atau cepat pasti akan diakui dan diterima; selaras dengan pepatah yang menyatakan: "A great pleasure in life is doing what people say, you cannot do." Kepuasan terbesar dalam hidup ini adalah mampu melakukan apa yang dikatakan orang lain tidak dapat kita lakukan.

Salam sukses luar biasa!

Menilai orang lain, apakah memang seburuk itu ?



Pada dasarnya gue nggak tahu, seberapa baik dan seberapa dalam pengetahuan / pengenalan orang lain tentang apa, siapa, dan bagaimana personality gue di mata mereka.

Kalo ada yang bilang gue itu baik... thank you banget. Tapi gue nggak tahu, sebaik apakah diri gue ini menurut pandangan orang yang memberikan penilaian baik atas diri gue. Dalam hal ini, gue juga nggak tahu, apakah penilaian baik yang mereka sampaikan itu, merupakan sesuatu hal yang obyektif atau hanya sekedar untuk menyenangkan hati gue doang.

Demikian pula kalo ada orang yang menilai gue sebagai orang jahat, atau seseorang yang memiliki sikap dan perilaku buruk (seakan-akan gue nggak pernah melakukan sesuatu hal yang baik sepanjang hidup gue). Atas pernyataan seperti itu, gue juga nggak tahu, kenapa penilaian mines seperti itu, diberikan ke gue.  

Menyampaikan penilaian buruk terhadap kehidupan pribadi orang lain, memang bisa dilakukan oleh siapa saja. Sejumlah orang bahkan menyebutnya sebagai sebuah tindakan yang manusiawi sekali, karena setiap orang memiliki bibit-bibit kemampuan untuk menyakiti sesamanya.

Hal ini bisa terjadi karena terkadang, seseorang merasa lebih berhikmat atau merasa kehidupannya jauh lebih baik dari orang lain. Apalagi kalo didalam hati sudah tertanam sikap seseorang yang tidak ingin melihat orang lain tampil lebih baik dari dirinya. Sikap seperti ini bisa membuat penilaian buruk dapat dengan mudah dinyatakan.

Adanya perasaan iri (sikap antisosial) dan perasaan tidak suka kepada orang lain (karena kedegilan hati atau karena naluri “liar” semata), merupakan bagian dari rangkaian penyebab, seseorang dapat dengan spontan membuat penilaian buruk terhadap orang lain.

Dalam beragam kasus, penilaian buruk bisa disampaikan seseorang, meskipun seseorang tersebut, sama sekali tidak mengenal orang yang telah diberikan penilaian buruk.

Tidak sedikit pula jumlah orang yang mudah memberikan gambaran negatif terhadap diri orang lain, hanya karena baru mendengar selentingan berita gossip atau issue.

Mereka yang baru pertama kali bertemu atau belum lama berkenalan, juga bisa menyampaikan opini negatif, hanya karena melihat gaya berbicara, gaya berpakaian, gaya berjalan, atau hal-hal lain, yang menjelma sebagai gambaran tampilan luar diri seseorang.

Upaya untuk menggeneralisasikan suatu permasalahan, juga bisa menjadi penyebab seseorang bisa dengan lancar menyampaikan penilaian buruk atas orang lain. Tujuannya apalagi kalo bukan untuk merusak citra diri orang yang diberikan penilaian.

Bisa dikatakan, adanya sentimen pribadi atau perasaan tidak senang yang melingkupi diri seseorang, bisa juga membuat seseorang itu menghadirkan penilaian buruk terhadap orang lain.

Sikap meremehkan atau menyepelekan orang lain, juga bisa terjadi karena adanya negative thinkingyang merasuki benak pikiran. Tidak sedikit pula yang menyatakan, hal itu sah-sah saja, selama ada niatan baik agar orang yang dinilai buruk itu, dapat merubah perilaku buruknya.

Jika memang untuk kebaikkan, tentu fine-fine saja. Akan tetapi kalau sifatnya sudah tidak terkendali, maka keluarnya penilaian buruk atas orang lain (terutama kalo faktanya berbeda atau tidak diikuti dengan adanya keterangan-keterangan yang mendukung kebenaran isi pernyataan), maka tindakan “menurunkan harkat dan martabat” orang lain itu, dapat dikatakan sebagai “pembunuhan karakter” orang lain.

Ada banyak alasan dan faktor kemungkinan yang bisa membuat seseorang menyampaikan penilaian buruk atas orang lain.

Namun dapat dipastikan, hampir semua alasan atau faktor yang mengemuka pada saat seseorang menyampaikan penilaian buruk terhadap orang lain, semuanya itu hanya berlandaskan pada adanya suatu upaya untuk mencari pembenaran terhadap pernyataan yang terlanjur diucapkan. Jangan lupa, setiap orang bisa berbuat alpa, meskipun berlaku alpa tidak selalu bisa ditolerir.

Cukup banyak pula pernyataan penilaian buruk yang tidak memiliki dasar kuat, karena sesungguhnya pernyataan itu baru terpikirkan sepintas lalu, baru sejenak dilihatnya, baru didengar dari orang lain, atau belumlah lama diketahuinya.

Well, siapakah diri kita ini, sehingga seolah-olah kita berhak menentukan seseorang itu buruk atau tidak?

Normalnya, kita mengenal baik diri seseorang terlebih dahulu, baru kita bisa menyampaikan opini atau pandangan tentang : apa, siapa, dan bagaimana personality orang lain, sehingga penilaian yang kita berikan dapat obyektif, karena tidak didasari oleh pengetahuan atau pengenalan sesaat semata.

Dalam memberikan penilaian terhadap orang lain, sudah selayaknya pula kita “menjejakkan kaki kita di tanah”... kita tidak membual atau melebih-lebihkannya. Kita harus tau dan menyadari, kalo setiap isi pernyataan yang kita buat itu, harus berisikan kebenaran, bukan mencari pembenaran.

Oleh sebab itu, kita jangan membiasakan diri untuk cepat-cepat menyampaikan / menyatakan suatu penilaian buruk tanpa dasar. Ekspektasi atau penilaian yang kita buat, benar-benar bisa berdampak pada alur kehidupan orang lain, sehingga kita perlu mawas diri dalam membuat penilaian terhadap orang lain.

Suka atau tidak suka kita pada orang lain, kita harus tetap menempatkan kebenaran diatas egoisme sikap pribadi kita masing-masing, terutama saat membangun opini tentang keburukkan sikap atau perilaku orang lain. Kita harus tetap proporsional dan menjaga alur pemikiran rasional kita, sehingga tidak muncul adanya suatu sikap semena-mena serta upaya untuk “menghakimi” orang lain.

Apabila diperlukan, ada baiknya kita melakukan verifikasi atau pembuktian terbalik, sebelum kita berani menyatakan opini kita tentang orang lain. Bersikap obyektif itu, amatlah penting.

Mari kita berbicara secara ilmiah dan logis.

Hasil study yang dilakukan oleh Dustin Wood, PhD. dari Wake Foret University mengatakan : adanya persepsi kita terhadap orang lain, sesungguhnya dapat pula menceritakan bagaimana karakter diri kita yang sebenarnya, termasuk diantaranya, sisi negatif diri kita dan kondisi psikologis kita.

Dalam laporan hasil study yang dilakukannya itu, Dustin Wood, PhD. juga menyampaikan :
"Sifat kepribadian negatif seseorang, dapat diasosiasikan dari cara orang tersebut menilai negatif orang lain. Sikap negatif juga erat hubungannya dengan depresi dan sebentuk kelainan kepribadian yang beragam. Persepsi negatif yang berlebihan tentang orang lain bisa menunjukkan bahwa orang tersebut mempunyai sifat keras kepala, tak bahagia, neurotik, atau memiliki kepribadian yang negatif.”

Paparan selengkapnya atas hasil study tersebut, dapat dilihat dalam Journal of Personality and Social Psychology.

Tidak ada seorang pun di dunia ini yang sepanjang usianya hanya melakukan yang jahat-jahat saja. Bahkan seorang penjahat yang paling kejam sekalipun, memiliki hati untuk berbuat kasih terhadap sesama. Dan seseorang yang selalu nampak alim, belum tentu hatinya tidak diisi oleh keinginan untuk menyakiti orang lain.

Siapa yang menduga kalo Melinda Lee, seorang senior manajer sebuah bank terkemuka, ternyata seorang pencuri di tempat kerjanya sendiri? Siapa yang menduga kalo Mpok Nori, artis lenong senior yang suka berteriak-teriak dalam menjalankan perannya saat pentas, adalah seorang dermawan?

Apapun kondisi dan keadaan yang ada di depan mata kita, sudah selayaknya kita bisa mengendalikan diri kita. Jangan membiasakan diri terburu-buru mengungkapkan penilaian buruk atas orang lain, karena belum tentu, orang lain itu memang memiliki keburukkan sikap seperti yang kita nyatakan. Simak dan cerna baik-baik terlebih dahulu.

Satu hal yang pasti : Kita bukanlah hakim yang mempunyai hak untuk menghakimi orang lain.

Kita harus membiasakan diri untuk melakukan konfirmasi untuk sebuah cerita yang dipenuhi dengan gambaran-gambaran keburukkan sikap orang lain. Biasakanlah untuk tidak menerima atau menelan cerita seperti itu, bulat-bulat.

Bersikap santun, seharusnya ada dalam daftar kamus gaya hidup kita. Berpikir cerdas, harus menjadi gambaran nyata tentang kemampuan diri kita dalam mempresentasikan sesuatu, utamanya dalam mengungkapkan pendapat. Dan berlaku bijaksana, kita pergunakan sebagai “tali pengendali” sikap kita.

Pahami serta kenali suatu masalah dengan tidak setengah-tengah, sehingga kelak kita bisa berkata-kata dengan menggunakan logika akal sehat.

Ingatlah... Orang lain juga bisa memberikan penilaian buruk atas diri kita. Bagaimana pun, Hukum Tabur-Tuai berlaku dalam hidup ini, meskipun kita tidak mengaminkannya. So, jangan cepat berprasangka dan menilai orang lain buruk.

"Janganlah engkau menganggap dirimu sendiri bijak, takutlah akan TUHAN dan jauhilah kejahatan.”  (Amsal 3 : 7)


P e a c e & GBU ALL

Senin, 29 Desember 2014

Pray For Air Asia QZ 8501



Seperti yang kita ketahui, beberapa hari yang lalu terjadi tragedi hilangnya pesawat Air Asia QZ8501, yang membuat dunia berduka khususnya anggota keluarga korban Air Asia. 
Dan sebelumnya saya ingin mengucapkan turut berduka cita atas tragedi yang menimpa pesawat Air Asia beberapa hari lalu dan semoga pesawat Air Asia bisa ditemukan dengan segera.

Pesawat Air Asia tipe Airbus A320 rute Surabaya Singapura yang dibakarkan hilang kontak di sekitaran kalimantan barat dan kalimantan tengah. Pesawat dengan nomor penerbangan QZ 8501 ini berangkat dari Surabaya pukul 05.20 dan diperkirakan tiba di Singapura pada pukul 08.30 waktu setempat.

Saya sendiri tidak akan memberikan informasi-informasi yang hanya akan membuat pihak keluarga berada dalam posisi yang sulit, dan sebaiknya pihak keluarga menunggu informasi langsung dari Tim SAR ( Search and Rescue ) dan pihak terkait lainnya.

Dan untuk media jangan memaksa keluarga korban untuk menjawab pertanyaan yang hanya akan menambah rasa duka. Saya kira tidak etis ketika ada seseorang yang sedang menangis karena seluruh keluarganya hilang, lalu diwawancarai, "bagaimana perasaan anda?" "apakah anda sedih?" dsb. Berilah ruang bagi keluarga korban, karena mengeksploitasi mereka hanya akan menambah beban mereka bukan membantu.


Sekali lagi saya turut berduka cita atas hilangnya Pesawat Air Asia QZ 8501. Semoga keluarga korban dapat diberikan ketabahan, dan semoga pesawat dapat segera ditemukan.

Senin, 01 Desember 2014

Definisi Dan Fungsi ISO Pada Fotografi



Secara arti ISO atau ASA (dalam fotografi film) adalah kemampuan atau tingkat sensitifitas sensor pada kamera terhadap cahaya. Sebagai dasar fungsi ISO pada fotografi, semakin besar nilai pada setingan ISO kamera, maka semakin sensitif dan besar cahaya yang didapatkan. Fitur ISO pada kamera akan menjadi bagian dari segitiga exposure selain Shutter Speed dan Aperture.
Ok mari kita berandai lagi, misal ISO=kerikil kemudian dimasukkan ke gelas yang akan diisi air. Dengan bantuan kerikil tersebut, untuk mengisi air kedalam gelas hingga pas di bibir gelas, maka tidak memerlukan air yang banyak. Begitu juga dengan ISO pada fotografi, semakin tinggi ISO semakin sedikit cahay yang dibutuhkan untuk mencapai exposure yang tepat.
Selain AUTO, satuan nilai ISO pada kamera ditandai dengan nilai yang dimulai dari angka 50/100, 200, 400, 800, 1600 dan seterusnya sesuai spesifikasi kamera. Pada kamera DSLR profesional, ISO Nikon D600 misalnya mampu mencapai ISO hingga nilai 25000.
Selain bisa menambah sensitifitas cahaya yang didapatkan, ISO juga bisa menimbulkan noise pada hasil fotonya. Namun untuk kamera digital di era perkembangan teknologi saat ini, ISO tinggi sudah bukan menjadi kendala. D3 dengan ISO 25600 masih mendapatkan foto dengan noise yang rendah :).

Ada yang belum tahu istilah fotografi NOISE ? Noise adalah bintik-bintik kecil yang ada pada foto. Selain Noise, dengan menggunakan nilai ISO yang tinggi juga dapat menyebabkan berkurangnya kualitas foto yang dihasilkan. Misalkan warna kurang keluar, foto jadi kurang detail/tajem dll.

Kapan Menggunakan ISO

Iso tinggi biasanya digunakan saat kondisi kurang cahaya, misalnya saat motret malam hari atau indoor. Kapan saat yang tepat memperhatikan atau menggunakan ISO pada kamera ? saat kombinasi 2 bagian segitiga exposure shutter speed dan Aperture belum mendapatkan exposure atau cahaya yang tepat.
Pada saat kondisi seperti itulah Anda bisa menaikkan nilai ISO sampai mendapatkan cahaya yang cukup dan memperoleh shutter speed yang ideal. Misalkan pada suatu kesempatan Anda ingin memotret momen yang bergerak di dalam ruangan yang minim cahaya. Idelanya untuk menangkap momen yang cepat adalah menggunakan kecepatan rana yang tinggi, soal besarnya aperture terserah deh, adanya berapa :).
ISO Tips Memotret
Dalam contoh kasus di atas, saya harus menggunakan kecepatan 1/250 agar kamera mampu merekam momen yang bergerak di ruangan indoor tersebut. Namun lensa hanya memiliki aperture terlebar F3.5. Tanpa menambah nilai ISO, saya hanya mendapatkan hasil foto yang underexposured (UE) gelaaap. Nah, dengan mengunci shutter speed 1/250 dan aperture F3.5 saya harus menambah nilai ISO sampai mendapatkan exposure yang tepat.
Pada umumnya, dalam fotografi banyak yang menganjurkan untuk menggunakan ISO sekecil mungkin. Untuk menghindari Noise dan mendapatkan foto yang tajam. Apalagi  jika hasil foto akan Anda print dengan ukuran besar,  Iso kecil sudah menjadi keharusan. Akan tetapi dalam beberapa kasus, Noise kadang diperlukan untuk menambah kesan foto yang lebih dramastis, misalnya foto BW.
Semoga artikel fotografi tentang Definisi dan kegunaan ISO dalam fotografi ini bisa berguna untuk bekal belajar fotografi Anda. Selamat bereskperimen kawan, motret itu menyenangkan

Sumber : TipsFotografi

Makalah Azas-Azas Manajemen


Tugas Azas-Azas Manajemen

Dosen Pengajar
Drs. N. R. Pioh, MSi
Drs. Jamin Potaboga, MSi
Drs. F. Kalangi, MSi
Dr. Harley Mangindaan
W. Kuhu, SIP, MSi



Disusun Oleh
Andre Pandelaki
NIM: 130 811 031 01






BAB I. PENDAHULUAN
            A. Latar Belakang . . . . . . . . . . . . . . .  . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
            B. Rumusan Masalah  . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .  . 1
BAB II. PEMBAHASAN
A. Pengertian Manajemen. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .  . . .2
            B. Sejarah Perkembangan Ilmu Manajemen . . . . . . . . . . . . . .2
            C. Klasifikasi dalam Manajemen. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 7
D. Fungsi manajemen . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 8
            E. Sarana Manajemen. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .9
            F. Prinsip-Prinsip Manajemen. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 10
BAB III. PENUTUP
A. Kesimpulan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .12
            B. Daftar Pustaka . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .13








BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

            Semakin kedepan  perkembangan Ilmu Manajemen bertambah pesat. Manajemen dapat dikatakan  merupakan sebuah proses yang khas, yang terdiri dari tindakakan-tindakan : perencanaan, pengorganisasiaan, menggerakan, dan pengawasan, yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya . Manajemen sangat penting karena mempersoalkan usaha penetapan serta pencapaian sasaran-sasaran. Manajemen menyentuh serta mempengaruhi kehidupan hampir semua manusia. Manajemen menyebabkan bahwa kita menyadari kemampuan-kemampuan kita. Manajemen menunjukkan cara arah pelaksanaan pekerjaan yang baik mengurangi hambatan-hambatan dan memungkinkan mencapai tujuan-tujuan yang apabila tidak, tidak akan tercapai. Dengan demikian kita perlu tahu apa itu ilmu manajemen , perkembangannya dan apa apa saja yang ada dalam ilmu manajemen itu.

B.Rumusan  Masalah
1. Bagaimana sejarah pemikiran ilmu manajemen ?
2. Apa saja pembagian kalsifikasi dalam manajemen ?
3. Apa Sarana-sarana manajemen?
4. Bagaimana Prinsip-prinsip manajemen ?





BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Manajemen
Kata Manajemen berasal dari bahasa Perancis kuno menagement, yang memiliki arti "seni melaksanakan dan mengatur.  Manajemen belum memiliki definisi yang mapan dan diterima secara universal. Mary Parker Follet, misalnya, mendefinisikan manajemen sebagai seni menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Definisi ini berarti bahwa seorang manajer bertugas mengatur dan mengarahkan orang lain untuk mencapai tujuan organisasi. Ricky W. Griffin mendefinisikan manajemen sebagai sebuah proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran secara efektif dan efesien. Efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai dengan perencanaan, sementara efisien berarti bahwa tugas yang ada dilaksanakan secara benar, terorganisir, dan sesuai dengan jadwal.

B. Sejarah Perkembangan Ilmu Manajemen
Banyak kesulitan yang terjadi dalam melacak sejarah manajemen, namun diketahui bahwa ilmu manajemen telah ada sejak ribuan tahun yang lalu. Hal ini dibuktikan dengan adanya piramida di mesir.  Piramida tersebut dibangun oleh lebih dari 100.000 orang selama 20 tahun. Piramida Giza tak akan berhasil dibangun jika tidak ada seseorang tanpa memedulikan apa sebutan untuk manajer ketika itu yang merencanakan apa yang harus dilakukan, mengorganisir manusia serta bahan bakunya, memimpin dan mengarahkan para pekerja, dan menegakkan pengendalian tertentu guna menjamin bahwa segala sesuatunya dikerjakan sesuai rencana.

Piramida di mesir pembangunannya tidak mungkin terlaksana tanpa adanya seseorang yang merencanakan, mengorganisasikan dan menggerakan para pekerja, dan mengontrol pembangunannya.

Praktik-praktik manajemen lainnya dapat disaksikan selama tahun 1400-an di kota VenesiaItalia, yang ketika itu menjadi pusat perekonomian dan perdagangan. Penduduk Venesia mengembangkan bentuk awal perusahaan bisnis dan melakukan banyak kegiatan yang lazim terjadi di organisasi moderen saat ini. Sebagai contoh, di gudang senjata Venesia, kapal perang diluncurkan sepanjang kanal; pada tiap-tiap perhentian, bahan baku dan tali layar ditambahkan ke kapal tersebut. Hal ini mirip dengan model lini perakitan yang dikembangkan oleh Henry Ford untuk merakit mobil-mobilnya. Selain lini perakitan, orang Venesia memiliki sistem penyimpanan dan pergudangan untuk memantau isinya, manajemen sumber daya manusia untuk mengelola angkatan kerja, dan sistem akuntansi untuk melacak pendapatan dan biaya. Daniel Wren membagi evolusi pemikiran manajemen dalam empat fase, yaitu pemikiran awal, era manajemen sains, era manusia sosial, dan era modern.

1. Pemikiran awal manajemen

Sebelum abad ke-20, terjadi dua peristiwa penting dalam ilmu manajemen. Peristiwa pertama terjadi pada tahun 1776, ketika Adam Smith menerbitkan sebuah doktrin ekonomi klasik, The Wealth of Nation. Dalam bukunya itu, ia mengemukakan keunggulan ekonomis yang akan diperoleh organisasi dari pembagian kerja (division of labor), yaitu perincian pekerjaan ke dalam tugas-tugas yang spesifik dan berulang. Dengan menggunakan industri pabrik peniti sebagai contoh, Smith mengatakan bahwa dengan sepuluh orang—masing-masing melakukan pekerjaan khusus—perusahaan peniti dapat menghasilkan kurang lebih 48.000 peniti dalam sehari. Akan tetapi, jika setiap orang bekerja sendiri menyelesaikan tiap-tiap bagian pekerjaan, sudah sangat hebat bila mereka mampu menghasilkan sepuluh peniti sehari. Smith menyimpulkan bahwa pembagian kerja dapat meningkatkan produktivitas dengan (1) meningkatnya keterampilan dan kecekatan tiap-tiap pekerja, (2) menghemat waktu yang terbuang dalam pergantian tugas, dan (3) menciptakan mesin dan penemuan lain yang dapat menghemat tenaga kerja.

Peristiwa penting kedua yang memengaruhi perkembangan ilmu manajemen adalah Revolusi Industri di Inggris. Revolusi Industri menandai dimulainya penggunaan mesin, menggantikan tenaga manusia, yang berakibat pada pindahnya kegiatan produksi dari rumah-rumah menuju tempat khusus yang disebut "pabrik." Perpindahan ini mengakibatkan manajer-manajer ketika itu membutuhkan teori yang dapat membantu mereka meramalkan permintaan, memastikan cukupnya persediaan bahan baku, memberikan tugas kepada bawahan, mengarahkan kegiatan sehari-hari, dan lain-lain, sehingga ilmu manajamen mulai dikembangkan oleh para ahli.

2. Era manajemen ilmiah

Era ini ditandai dengan berkembangan perkembangan ilmu manajemen dari kalangan insinyur seperti Henry TowneFrederick Winslow TaylorFrederick A. Halsey, dan Harrington Emerson Manajemen ilmiah dipopulerkan oleh Frederick Winslow Taylor dalam bukunya, Principles of Scientific Management, pada tahun 1911. Taylor mendeskripsikan manajemen ilmiah sebagai "penggunaan metode ilmiah untuk menentukan cara terbaik dalam menyelesaikan suatu pekerjaan." Beberapa penulis seperti Stephen Robbins menganggap tahun terbitnya buku ini sebagai tahun lahirya teori manajemen moderen.

Perkembangan manajemen ilmiah juga didorong oleh munculnya pemikiran baru dari Henry Gantt dan keluarga Gilberth. Henry Gantt. yang pernah bekerja bersama Taylor di Midvale Steel Compan, menggagas ide bahwa seharusnya seorang mandor mampu memberi pendidikan kepada karyawannya untuk bersifat rajin (industrious ) dan kooperatif. Ia juga mendesain sebuah grafik untuk membantu manajemen yang disebut sebagai Gantt chart yang digunakan untuk merancang dan mengontrol pekerjaan. Sementara itu, pasangan suami-istri Frank dan Lillian Gilbreth berhasil menciptakan micromotion, sebuah alat yang dapat mencatat setiap gerakan yang dilakukan oleh pekerja dan lamanya waktu yang dihabiskan untuk melakukan setiap gerakan tersebut. Alat ini digunakan untuk menciptakan sistem produksi yang lebih efesien.

Era ini juga ditandai dengan hadirnya teori administratif, yaitu teori mengenai apa yang seharusnya dilakukan oleh para manajer dan bagaimana cara membentuk praktik manajemen yang baik. Pada awal abad ke-20, seorang industriawan Perancis bernama Henri Fayol mengajukan gagasan lima fungsi utama manajemen: merancang, mengorganisasi, memerintah, mengoordinasi, dan mengendalikan. Gagasan Fayol itu kemudian mulai digunakan sebagai kerangka kerja buku ajar ilmu manajemen pada pertengahan tahun 1950, dan terus berlangsung hingga sekarang. Selain itu, Henry Fayol juga mengagas 14 prinsip manajemen yang merupakan dasar-dasar dan nilai yang menjadi inti dari keberhasilan sebuah manajemen.

Sumbangan penting lainnya datang dari ahli sosilogi Jerman Max Weber. Weber menggambarkan suatu tipe ideal organisasi yang disebut sebagai birokrasi bentuk organisasi yang dicirikan oleh pembagian kerja, hierarki yang didefinisikan dengan jelas, peraturan dan ketetapan yang rinci, dan sejumlah hubungan yang impersonal. Namun, Weber menyadari bahwa bentuk "birokrasi yang ideal" itu tidak ada dalam realita. Dia menggambarkan tipe organisasi tersebut dengan maksud menjadikannya sebagai landasan untuk berteori tentang bagaimana pekerjaan dapat dilakukan dalam kelompok besar. Teorinya tersebut menjadi contoh desain struktural bagi banyak organisasi besar sekarang ini.

Perkembangan selanjutnya terjadi pada tahun 1940-an ketika Patrick Blackett melahirkan ilmu riset operasi, yang merupakan kombinasi dari teori statistika dengan teori mikroekonomi. Riset operasi, sering dikenal dengan "manajemen sains", mencoba pendekatan sains untuk menyelesaikan masalah dalam manajemen, khususnya di bidang logistik dan operasi. Pada tahun 1946Peter F. Drucker sering disebut sebagai Bapak Ilmu Manajemen menerbitkan salah satu buku paling awal tentang manajemen terapan: "Konsep Korporasi" (Concept of the Corporation). Buku ini muncul atas ide Alfred Sloan (chairmandari General Motors) yang menugaskan penelitian tentang organisasi.

3. Era manusia sosial

Era manusia sosial ditandai dengan lahirnya mahzab perilaku (behavioral school) dalam pemikiran manajemen di akhir era manajemen sains. Mahzab perilaku tidak mendapatkan pengakuan luas sampai tahun 1930-an. Katalis utama dari kelahiran mahzab perilaku adalah serangkaian studi penelitian yang dikenal sebagai eksperimen Hawthrone.
Eksperimen Hawthrone dilakukan pada tahun 1920-an hingga 1930-an di Pabrik Hawthrone milik Western Electric Company Works di Cicero, Illenois. Kajian ini awalnya bertujuan mempelajari pengaruh berbagai macam tingkat penerangan lampu terhadap produktivitas kerja. Hasil kajian mengindikasikan bahwa ternyata insentif seperti jabatan, lama jam kerja, periode istirahat, maupun upah lebih sedikit pengaruhnya terhadap output pekerja dibandingkan dengan tekanan kelompok, penerimaan kelompok, serta rasa aman yang menyertainya. Peneliti menyimpulkan bahwa norma-norma sosial atau standar kelompok merupakan penentu utama perilaku kerja individu.
Kontribusi lainnya datang dari Mary Parker Follet. Follett (1868–1933) yang mendapatkan pendidikan di bidang filosofi dan ilmu politik menjadi terkenal setelah menerbitkan buku berjudul Creative Experience pada tahun 1924.  Follet mengajukan suatu filosifi bisnis yang mengutamakan integrasi sebagai cara untuk mengurangi konflik tanpa kompromi atau dominasi. Follet juga percaya bahwa tugas seorang pemimpin adalah untuk menentukan tujuan organisasi dan mengintegrasikannya dengan tujuan individu dan tujuan kelompok. Dengan kata lain, ia berpikir bahwa organisasi harus didasarkan pada etika kelompok daripada individualisme. Dengan demikian, manajer dan karyawan seharusnya memandang diri mereka sebagai mitra, bukan lawan.
Pada tahun 1938, Chester Barnard (1886–1961) menulis buku berjudul The Functions of the Executive yang menggambarkan sebuah teori organisasi dalam rangka untuk merangsang orang lain memeriksa sifat sistem koperasi. Melihat perbedaan antara motif pribadi dan organisasi, Barnard menjelaskan dikotonomi "efektif-efisien". Menurut Barnard, efektivitas berkaitan dengan pencapaian tujuan, dan efisiensi adalah sejauh mana motif-motif individu dapat terpuaskan. Dia memandang organisasi formal sebagai sistem terpadu yang menjadikan kerjasama, tujuan bersama, dan komunikasi sebagai elemen universal, sementara itu pada organisasi informal, komunikasi, kekompakan, dan pemeliharaan perasaan harga diri lebih diutamakan. Barnard juga mengembangkan teori "penerimaan otoritas" yang didasarkan pada gagasan bahwa atasan hanya memiliki kewenangan jika bawahan menerima otoritasnya.


4. Era moderen

Era moderen ditandai dengan hadirnya konsep manajemen kualitas total (total quality management—TQM) di abad ke-20 yang diperkenalkan oleh beberapa guru manajemen, yang paling terkenal di antaranya W. Edwards Deming (1900–1993) and Joseph Juran (lahir 1904).
Deming, orang Amerika, dianggap sebagai Bapak Kontrol Kualitas di Jepang. Deming berpendapat bahwa kebanyakan permasalahan dalam kualitas bukan berasal dari kesalahan pekerja, melainkan sistemnya. Ia menekankan pentingnya meningatkan kualitas dengan mengajukan teori lima langkah reaksi berantai. Ia berpendapat bila kualitas dapat ditingkatkan, (1) biaya akan berkurang karena berkurangnya biaya perbaikan, sedikitnya kesalahan, minimnya penundaan, dan pemanfaatan yang lebih baik atas waktu dan material; (2) produktivitas meningkat; (3) pangsa pasar meningkat karena peningkatan kualitas dan penurunan harga; (4) profitabilitas perusahaan peningkat sehingga dapat bertahan dalam bisnis; (5) jumlah pekerjaan meningkat. Deming mengembangkan 14 poin rencana untuk meringkas pengajarannya tentang peningkatan kualitas.
Kontribusi kedua datang dari Joseph Juran. Ia menyatakan bahwa 80 persen cacat disebabkan karena faktor-faktor yang sebenarnya dapat dikontrol oleh manajemen. Dari teorinya, ia mengembangkan trilogi manajemen yang memasukkan perencanaan, kontrol, dan peningkatan kualitas. Juran mengusulkan manajemen untuk memilih satu area yang mengalami kontrol kualitas yang buruk.  Area tersebut kemudian dianalisis, kemudian dibuat solusi dan diimplementasikan.

Pendekatan kuantitatif

Pendekatan kuantitatif adalah penggunaan sejumlah teknik kuantitatif seperti statistikmodel optimasimodel informasi, atau simulasi komputer untuk membantu manajemen mengambil keputusan. Sebagai contoh, pemrograman linear digunakan para manajer untuk membantu mengambil kebijakan pengalokasian sumber daya; analisis jalur kritis (Critical Path Analysis) dapat digunakan untuk membuat penjadwalan kerja yang lebih efesien; model kuantitas pesanan ekonomi (economic order quantity model) membantu manajer menentukan tingkat persediaan optimum; dan lain-lain.
Pengembangan kuantitatif muncul dari pengembangan solusi matematika dan statistik terhadap masalah militer selama Perang Dunia II.  Setelah perang berakhir, teknik-teknik matematika dan statistika yang digunakan untuk memecahkan persoalan-persoalan militer itu diterapkan di sektor bisnis. Pelopornya adalah sekelompok perwira militer yang dijuluki "Whiz Kids."  Para perwira yang bergabung dengan Ford Motor Company pada pertengahan 1940-an ini menggunakan metode statistik dan model kuantitatif untuk memperbaiki pengambilan keputusan di Ford.

C. Klasifikasi dalam Manajemen

Ada 6 macam teori manajamen diantaranya:
  • Aliran klasik: Aliran ini mendefinisikan manajemen sesuai dengan fungsi-fungsi manajemennya. Perhatian dan kemampuan manajemen dibutuhkan pada penerapan fungsi-fungsi tersebut.
  • Aliran perilaku: Aliran ini sering disebut juga aliran manajemen hubungan manusia. Aliran ini memusatkan kajiannya pada aspek manusia dan perlunya manajemen memahami manusia.
  • Aliran manajemen Ilmiah: aliran ini menggunakan matematika dan ilmu statistika untuk mengembangkan teorinya. Menurut aliran ini, pendekatan kuantitatif merupakan sarana utama dan sangat berguna untuk menjelaskan masalah manajemen.
  • Aliran analisis sistem: Aliran ini memfokuskan pemikiran pada masalah yang berhubungan dengan bidang lain untuk mengembangkan teorinya.
  • Aliran manajemen berdasarkan hasil: Aliran manajemen berdasarkan hasil diperkenalkan pertama kali oleh Peter Drucker pada awal 1950-an. Aliran ini memfokuskan pada pemikiran hasil-hasil yang dicapai bukannya pada interaksi kegiatan karyawan.
  • Aliran manajemen mutu: Aliran manajemen mutu memfokuskan pemikiran pada usaha-usaha untuk mencapai kepuasan pelanggan atau konsumen.









D. Fungsi manajemen

Fungsi manajemen adalah elemen-elemen dasar yang akan selalu ada dan melekat di dalam proses manajemen yang akan dijadikan acuan oleh manajer dalam melaksanakan kegiatan untuk mencapai tujuan. Fungsi manajemen pertama kali diperkenalkan oleh seorang industrialis Perancis bernama Henry Fayol pada awal abad ke-20. Ketika itu, ia menyebutkan lima fungsi manajemen, yaitu merancang, mengorganisir, memerintah, mengordinasi, dan mengendalikan. Namun saat ini, kelima fungsi tersebut telah diringkas menjadi tiga, yaitu:
  1. Perencanaan (planning) adalah memikirkan apa yang akan dikerjakan dengan sumber yang dimiliki. Perencanaan dilakukan untuk menentukan tujuan perusahaan secara keseluruhan dan cara terbaik untuk memenuhi tujuan itu. Manajer mengevaluasi berbagai rencana alternatif sebelum mengambil tindakan dan kemudian melihat apakah rencana yang dipilih cocok dan dapat digunakan untuk memenuhi tujuan perusahaan. Perencanaan merupakan proses terpenting dari semua fungsi manajemen karena tanpa perencanaan, fungsi-fungsi lainnya tak dapat berjalan.
  2. Pengorganisasian (organizing) dilakukan dengan tujuan membagi suatu kegiatan besar menjadi kegiatan-kegiatan yang lebih kecil. Pengorganisasian mempermudah manajer dalam melakukan pengawasan dan menentukan orang yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas yang telah dibagi-bagi tersebut. Pengorganisasian dapat dilakukan dengan cara menentukan tugas apa yang harus dikerjakan, siapa yang harus mengerjakannya, bagaimana tugas-tugas tersebut dikelompokkan, siapa yang bertanggung jawab atas tugas tersebut, dan pada tingkatan mana keputusan harus diambil.
  3. Pengarahan (directing) adalah suatu tindakan untuk mengusahakan agar semua anggota kelompok berusaha untuk mencapai sasaran sesuai dengan perencanaan manajerial dan usaha.
4.      Pengevaluasian (evaluating) adalah proses pengawasan dan pengendalian performa perusahaan untuk memastikan bahwa jalannya perusahaan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Seorang manajer dituntut untuk menemukan masalah yang ada dalam operasional perusahaan, kemudian memecahkannya sebelum masalah itu menjadi semakin besar.


E. Sarana manajemen

1.      Man merujuk pada sumber daya manusia yang dimiliki oleh organisasi. Dalam manajemen, faktor manusia adalah yang paling menentukan. Manusia yang membuat tujuan dan manusia pula yang melakukan proses untuk mencapai tujuan. Tanpa ada manusia tidak ada proses kerja, sebab pada dasarnya manusia adalah makhluk kerja. Oleh karena itu, manajemen timbul karena adanya orang-orang yang berkerja sama untuk mencapai tujuan.
2.      Money atau Uang merupakan salah satu unsur yang tidak dapat diabaikan. Uang merupakan alat tukar dan alat pengukur nilai. Besar-kecilnya hasil kegiatan dapat diukur dari jumlah uang yang beredar dalam perusahaan. Oleh karena itu uang merupakan alat (tools) yang penting untuk mencapai tujuan karena segala sesuatu harus diperhitungkan secara rasional. Hal ini akan berhubungan dengan berapa uang yang harus disediakan untuk membiayai gaji tenaga kerja, alat-alat yang dibutuhkan dan harus dibeli serta berapa hasil yang akan dicapai dari suatu organisasi.

3.      Material terdiri dari bahan setengah jadi (raw material) dan bahan jadi. Dalam dunia usaha untuk mencapai hasil yang lebih baik, selain manusia yang ahli dalam bidangnya juga harus dapat menggunakan bahan/materi-materi sebagai salah satu sarana. Sebab materi dan manusia tidaki dapat dipisahkan, tanpa materi tidak akan tercapai hasil yang dikehendaki.
4.      Machine atau Mesin digunakan untuk memberi kemudahan atau menghasilkan keuntungan yang lebih besar serta menciptakan efesiensi kerja.
5.      Metode adalah suatu tata cara kerja yang memperlancar jalannya pekerjaan manajer. Sebuah metode daat dinyatakan sebagai penetapan cara pelaksanaan kerja suatu tugas dengan memberikan berbagai pertimbangan-pertimbangan kepada sasaran, fasilitas-fasilitas yang tersedia dan penggunaan waktu, serta uang dan kegiatan usaha. Perlu diingat meskipun metode baik, sedangkan orang yang melaksanakannya tidak mengerti atau tidak mempunyai pengalaman maka hasilnya tidak akan memuaskan. Dengan demikian, peranan utama dalam manajemen tetap manusianya sendiri.
6.      Market atau pasar adalah tempat di mana organisasi menyebarluaskan (memasarkan) produknya. Memasarkan produk sudah barang tentu sangat penting sebab bila barang yang diproduksi tidak laku, maka proses produksi barang akan berhenti. Artinya, proses kerja tidak akan berlangsung. Oleh sebab itu, penguasaan pasar dalam arti menyebarkan hasil produksi merupakan  faktor menentukan dalam perusahaan. Agar pasar dapat dikuasai maka kualitas dan harga barang harus sesuai dengan selera konsumen dan daya beli (kemampuan) konsumen.

F. Prinsip-prinsip Manajemen

    Sebuah prinsip dapat didefinisikan sebagai sebuah pernyataan fundamental atau kebenaran yang menjadi pedoman kearah pemikiran atau tindakan. Prinsip muncul daripada pengalaman dan hasil-hasil pelaksanaan pekerjaan. Sebelumnya dapat dikatakan bahwa penemuan dan pernyataan prinsip-prinsip  merupakan sebuah produk ilmu yang berkembang dengan baik. Dalam manajemen terdapat penerapan-penerapan prinsip-prinsip manajemen yang harus bersifat



1.      Praktis, dalam arti bahwa selalu dapat digunakan terlepas dari pada waktu atau saat diterapkan

2.      Relevan dengan sebuah ketentuan yang bersifat dasar dan luas hingga dengan demikian menyediakan sebuah perspektif yang mencakup banyak hal.

3.      Konsisten, dalam arti bahwa dalam situasi yang serupa akan timbul hasil-hasil yang serupa pula. 

Prinsip-prinsip dalam manajemen bersifat lentur dalam arti bahwa perlu dipertimbangkan sesuai dengan kondisi-kondisi khusus dan situasi-situasi yang berubah. Menurut Henry Fayol, seorang pencetus teori manajemen yang berasal dari Perancis, prinsip-prinsip umum manajemen ini terdiri dari  Pembagian kerja (division of work),Wewenang dan tanggung jawab (authority and responsibility) , Disiplin (discipline) ,Kesatuan perintah (unity of command) , Kesatuan pengarahan (unity of direction),Mengutamakan kepentingan organisasi di atas kepentingan sendiri (subordination of individual interests to the general interests), Pembayaran upah yang adil (remuneration),Pemusatan (centralisation) , Hirarki (hierarchy), Tata tertib (order), Keadilan (equity) ,Stabilitas kondisi karyawan (stability of tenure of person, Inisiatif (Inisiative) ,Semangat kesatuan (esprits de corps).

BAB III
Penutup
      A.    Kesimpulan

Setelah dipelajari ternyata  ilmu manajemen sudah ada sejak ribuan tahun yang lalu dibuktikan dengan adanya seperti bangunan piramida. Sedangkan sejarah pemikiran ilmu manajemen terjadi karena dimulai dengan dua hal peristiwa penting yaitu Peristiwa pertama terjadi pada tahun 1776, ketika Adam Smith menerbitkan sebuah doktrin ekonomi klasik,The Wealth of Nation. Dan peristiwa kedua yang memengaruhi perkembangan ilmu manajemen adalah Revolusi Industri di Inggris. Revolusi Industri menandai dimulainya penggunaan mesin, menggantikan tenaga manusia, yang berakibat pada pindahnya kegiatan produksi dari rumah-rumah menuju tempat khusus yang disebut "pabrik." Perpindahan ini mengakibatkan manajer-manajer ketika itu membutuhkan teori yang dapat membantu mereka meramalkan permintaan, memastikan cukupnya persediaan bahan baku, memberikan tugas kepada bawahan, mengarahkan kegiatan sehari-hari, dan lain-lain, sehingga ilmu manajamen mulai dikembangkan oleh para ahli.
Setelah kita mempelajari dan mengetahui perkembangan ilmu manajemen dapat membentuk pandangan tentang organisasi . Mempelajari evolusi manajemen membantumembantu proses dasar sehingga dapat memilih suatu tindakan yang efektif. Pada hakekatnya suatu teori merupakan asumsi-asumsi yang koheren/logis, untuk menjelaskan beberapa fakta yang diobservasi. Teori yang absah, dapat memprediksi apa yang akan
terjadi pada situasi tertentu. Dengan adanya pengetahuan ini, kita bisa
rnenerapkan teori manajemen yang berbeda terhadap situasi yang berbeda.


  B. Daftar Pustaka:
George, R.Terry (alih bahasa Winardi).1986.Asas-asas Menejemen.Bandung:Penerbit Alumni.
Sondang P.Siagian.1998.Manajemen Abad 21.Jakarta:Bumi angkasa.